![]() |
Kepala Desa Uteran |
MADIUN
(aenews9.com) -.Berbicara mengenai asal nama Desa Uteran,
Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, tidak bisa dilepaskan dari jaman pra sejarah
sampai jaman penjajahan.
Desa Uteran yang masuk
dalam wilayah Kabupaten Madiun, sudah didiami suatu masyarakat yang mempunyai
peradaban yang tinggi. Dikarenakan Madiun merupakan wilayah yang subur, banyak
dialiri sungai besar dan kecil seperti Bengawan Madiun, Kali Gandong, Kali
Catur dan lainnya.
Hal ini telah
dibuktikan dengan pernah diketemukan Artefak benda bersejarah di Desa Uteran,
yaitu Prasasti Mruwak, di Desa Mruwak, Kecamatan Dagangan, Batu Lingga di Desa
Sangen, Kecamatan Geger, Situs Ngurawan di Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, Batu
Lesung berangka 249, dan Arca Durga berangka tahun 1338 tahun Saka (kedua benda
tersebut berada di musium Gajah, Jakarta).
Geogarafis Desa Uteran
yang tidak memiliki pegunungan dan sebagian besar dataran rendah, letak Desa
Uteran diantara empat (4) Desa lain dengan ketinggian 220m diatas permukaan
laut. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nglandung, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Dagangan, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pagotan, dan sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Jatisari.
Melihat Geografis Desa
Uteran yang seperti itu, Penjajah Belanda ingin mendirikan perkebunan atau
pengelolaan hasil perkebunan, pada tahun 1884 NV COOY COOSTERN VAN VOORH,
mendirikan Pabrik Gula Pagotan di utara Desa Uteran.
Lokasi yang memenuhi
syarat untuk sebuah pabrik, karena terletak di tepi jalan yang dapat memudahkan
pengangkutan bahan baku produksi. Selain itu lokasinya yang bersebelahan dengan
sungai dipakai untuk kegiatan pabrik.
Kepala Desa
Uteran, SURYONO, S.H. mengatakan, menurut cerita pitutur pini sepuh
dahulu, ada seorang yang bernama EYANG MARSANGIT, tidak diketahui siapa beliau
tersebut, apakah seorang bangsawan kerajaan, penyebar agama atau prajurit
kerajaan. Eyang MARSANGIT berhasil membuka hutan untuk dijadikan pemukiman
serta mendirikan pemerintahan desa pada tahun 1789. Beliau menjabat pemimpin
Desa tersebut selama kurun waktu 70 tahun lamanya. Beliau wafat dan dimakamkan
di areal Masjid Jami' kompleks pondok MMA Uteran.
Masih menurut Kepala
Desa Uteran, sejarah yang diceritakan para pini sepuh, bahwa saat laskar
Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan terhadap tentara kompeni Belanda,
laskar Diponegoro menggunakan strategi berkeliling (muter-muter bahasa jawa)
maka Desa tersebut dinamakan Uteran, Belanda mengetahui strategi laskar
Diponegoro tersebut yang berputar-putar /berkelilimg, Belanda menggempur dengan
kekuatan lebih kuat lagi dan terjadilah pertempuran yang dahsyat.
Pasukan
Diponegoro kocar-kacir digempur pasukan Belanda yang dipimpin Capitan Zaaz hingga bergulingan kearah barat dan akhirnya selamat. Daerah tersebut dinamakan
GULINGAN (asal kata ngguling-ngguling) yang menjadi wilayah Desa Uteran saat
ini.
Ditambahkan
SURYONO, S.H. pada masa tersebut ada seorang sesepuh yang bernama Eyang
MAKHALI, yang diperintahkan oleh Sri Sultan Mangkubumi I, dari keraton
Ngayokjokarto Hadiningrat, untuk membentuk wilayah Onderan (kecamatan) di
Wilayah Madiun Selatan yaitu Geger, Kebonsari, Dolopo, Dagangan.
Setelah terbentuk
4 (empat) wilayah tersebut, Eyang MAKHALI diangkat menjadi WEDONO (pembatu
Bupati) di wilayah itu.
Periodesasi
silsilah Pemerintah Desa Uteran sendiri sudah dipimpin enam belas (16)
Bekel/Kepala Desa, yaitu:
1. Eyang MARSANGIT Tahun 1789 - 1859
2. Eyang MURDOKO Tahun 1859 - 1884
3. Eyang WARDOYO Tahun 1884 - 1887
4. Eyang NGALEREDJO Tahun1887 - 1890
5. Eyang MUSTAHAL Tahun 1890 - 1891
6. Eyang NGALIMUNDO Tahun 1891 - 1904
7. Eyang MUSKAHAR Tahun 1904 - 1911
8. Eyang DIKIN Tahun 1911 - 1914
9. Eyang SONTO Tahun 1914 - 1921
10. Eyang SOIDJOJO
Tahun 1921 - 1922
11. Eyang IMAM REDJO
Tahun 1922 - 1940
12. Eyang MARTO ASIIR
Tahun 1940 - 1968
13. Bapak SOEPARMAN
Tahun 1968 - 1990
14. Bapak SAMUDJI
Tahun 1990 - 1998
15. Bapak LATIEF
Tahun 1998 - 2008
16. Bapak SURYONO,
S.H. Tahun 2008 sampai sekaramg.
Penulis : Zainul
Mursidin
Ada beberapa poin mengenai sejarah Desa Uteran,Pada masa perang Diponegoro nama Uteran disebut sebagai Dusun Nguter, hal itu tertuang pada Javaansche Brieven, surat Pangeran Ronggo Prawirodiningrat Bupati Wedono Madiun untuk ditujukan kepada Komisaris Jendral Belanda di Surakarta, dimana Dusun Nguter wilayah Madiun pernah sebagai tempat persinggahan Sosrodilogo saudara ipar Pangeran Diponegoro yang dibantu Raden Mas Ngabei Sosrodirjo Patih Madiun yang makamnya di Sewulan, surat tersebut berbunyi :
ReplyDelete"Raden Ngabei Sasradirjo mungel ngintuni apyun. Wawrat kawan kati,pun Sosrodilogo sipeng sedalu, wonten dhusun Nguter bawah Madiun"
artinya:
"R.Ngabei Sosrodirjo mengatakan mengirim apyun (bisa obat pegal/pegal atau bisa obat candu untuk rokok). Seberat empat ikat, dan Sosrodilogo menginap semalam, di desa Nguter wilayah Madiun"
Dan mengenai Wedono Uteran ada tokoh bernama Bahali Besari masih keturunan Kyai Ageng Basyariyah Sewulan yang makamnya berada di Sentono Ngunut,pada makam tersebut Sentono berartikan astana sebagai nama makam pada umumnya didaerah Jawa Timur pada masa lampau dan Ngunut berartikan nama tempat atau sebuah Dusun (Dusun Ngunut) seperti halnya Dusun Nguter pada keterangan diatas.
desa uteran dan jatisari sdh dikenal lama sebelum tahun 1700an diatas,bhkan sejak era kerajaan gegelang(terkenal dg raja nya jayakatwang) yg berpusat di ngurawan(daerah dolopo).studi terbaru bhkn menyebutkan bhw raja jayakatwang yg menumbangkan singasari(kertanegara) bukan berasal dr kerajaan kediri,tp justru dr kerajaan gelang gelang atau gegelang dan situsnya sdh ditemukan di desa ngurawan atau ngrawan(masuk wilayah dolopo skrg ini.di dolopo jg masih ada desa yg bernama daha(doho).jd sebutan kerajaan daha itu merujuk pada wilayah gegelang di dolopo,bukan di daerah kota kediri skrg.sedangkan desa uteran dan jatisari sndiri pernah disebut dalam buku HJ de Graaf dan TH Pigeaud yg berjudul kerajaan islam di jawa,yaitu ketika penyerbuan mataram ke timur yg terakhir kali nya thn 1595.dikisahkan dlm buku itu bhw pada akhirnya tentara mataram mengalami kekalahan telak di desa uter dan jatisari(dalam buku tsb disebut desa uter,bukan uteran).setelahnya mataram tidak pernah lagi menyerang madiun.perlu diketahui,mataram melakukan penyerangan ke madiun bebebrapa kali namum yg sering disebut dlm buku sejarah cuma yg pertama kali ketika akhirnya panembahan madiun(panembahan mas atau pangeran timur,salah satu menantu sultan demak terakhir yaitu sultan trenggono) kalah dan melarikan diri ke wirasaba(mojokerto sekarang) dan putrinya retno dumilah menjadi putri boyongan dan dinikahi oleh panembahan senopati.jadi kesimpulannya,desa uteran dan jatisari sdh dikenal lama sekali sblm era cerita tutur tentang mbah marsangit tg disebut sebagai sesepuh yg babat alas itu.namun kita wajib menghormati kepercayaan dan kearifan lokal tentang mbah marsangit tersebut.saya sendiri sebagai penduduk uteran (lama tinggal di yogya) mengetahui adanya situs makam mbah marsangit di komplek masjid jami uteran.namun tidak ada salahnya jika kita membaca dan memperoleh bahan sejarah dr berbagai sumber sebagai bahan perbandingan dan utk memperkaya pengetahuan.maturnuwun
ReplyDelete